Sejarah Analisis Tulisan Tangan

Ketertarikan atas tulisan tangan sebagai indikator kepribadian dapat dilacak dalam sejarah. Lebih dari 2000 tahun yang lalu, Aristoteles mengungkapkan hubungan antara tulisan tangan dan kepribadian; "Seperti cara berbicara manusia yang mengucapkannya berbeda-beda begitula pula perbedaan manulis." Sementara ditempat berbeda, orang-orang Cina melakukan pengamatan bahwa ada kaitan antara karakter individu dan tulisan tangannya. Sorotan lebih tajam dilontarkan filsuf Cina Konfusius: "Tulisan tangan dapat secara sempurna menunjukan apakah itu datang dari seorang cerdas atau seorang yang terbuka." Melalui cara yang sama, dengan melirik tulisan pada amplop surat, kita langsung tahu apakah teman dekat atau relasi yang mengirimnya. 

Meskipun sudah sangat lama menarik perhatian kalangan terpelajar, baru pada tahun 1622 seorang ahli fisika dan profesor filosofi pada Universitas Bologna menerbitkan sebuah buku mengenai analisis karakter melalui studi atas tulisan tangan. 

Kemudian, pada akhir pada abad 19, tepatnya tahun 1800, Abbe Michon, seorang kepala sekolah di Paris yang sangat menghargai intelektualitas menulis beberapa buku dengan subjek tulisan tangan sekaligus memperkenalkan istilah "Grafologi". Penilitiannya selama betahun-tahun mengenai analisis tulisan tangan dipublikasinakn pada tahun 1972. Namun, hingga kini tetap perlu dibaca oleh orang yang benar-benar ingin mempelajari ilmu analisis tulisan tangan. 

Penggantinya, yaitu Crepieux Jamin, membuat klasifikasi bidang-bidang grafologi dalam sebuah sistem yang lebih komprehensif. Hampir bersamaan, sekitar tahun 1890 di Jerman, Dr. Ludwig Klages, seorang filosof  dan ahli grafologi melakukan terobosan dengan mengaplikasikan teori grafologi. Dia mengembangkan teorinya mengenai irama dan bentuk level (form level) dan secara signifikan meluaskan lingkup grafologi.

Max Pulver, seorang profesor Swis yang mengajarkan grafologi di Universitas Zurich menggunakan psikoanalisis untuk pertama kalinya dalam melakukan interpretasi atas grafologi. Langkah ini diikuti oleh Ania Teillard yang telah bekerja bersama C.G. Jung selama 20 tahun dan menerapkan teori tipologi-nya (ekstrovert atau terbuka, introvert atau tertutup) ke dalam teori-teori grafologi yang telah ada. 

Alfred Binet, psikolog terkemuka yang menemukan metode IQ yang dikenal luas hingga kini, juga ikut melakukan penelitian mengenai grafologi. Menurut beliau, tes intelejensi merupakan suatu bentuk dukungan terhadap analisis tulisa tangan. Ia meyakinkan bahwa beberapa karakter kepribadian tertentu terlihat dalam tulis tangan. 

Semua kajian ilmiah ini memperlihatkan bahwa sebagai metode penilaian kepribadian, analisis tangan telah mendapat validasi melalui melalui penelitian-penelitian menggunakan prosedur empiris dan klinis.